Ikuti Blog ini Via Facebook

Mengetahui update "Materi Kultum Kita" lebih cepat dan lebih mudah. Klik tombol suka dibawah ini.

Tuesday, June 26, 2012

Makna Basmalah



Kata al-ismu, dalam bahasa Arab berarti kata yang menunjukkan pada suatu zat seperti Muhammad, manusia dan lain sebagainya. Atau bisa menunjukkan kepada sesuatu yang bersifat maknawi, misalnya ilmu, adab dan lain sebagainya.

Allah Ta’ala telah menganjurkankepada kita agar mensucikan nama Allah ketika membaca Al-Qur’an.  Karenanya, Allah berfirman:


 “dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang di tunjukkan-Nya kepada…” (Al-Baqarah, 2:198).



“dan Berzikirlah dengan menyebutkan nama Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berzikirlah lebih banyak dari itu…” (Al-Baqarah, 2:200).

Allah SWT. Telah memerintahkan kepada kita agar
menyebut nama-Nya serta mensucikan-Nya dalam firman Allah berkut ini:



“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan diwaktu berbaring…” (An-Nisa’,4:103).



“Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan”. (Al-Muxammil,73:8).


“Dan sebutlah nama TUhanmu pada (waktu) pagi dan petang”. (Al-Insan, 76:25).



Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya”. (Al-An‘am:118).

Berdasarkan pengerian-pengertian ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa di dalam menyebut nama Allah diharuskan adanya keterlibatan hati dan lisan di dalam rangka mengingat keagungan dan kebesaran Allah, serta nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada haba-hamba-Nya. Akan halnya menyebutkan nama Allah dengan lisan berarti mengucapkan “Asmaul Husna”, sekaligus memuji dan menyatakan rasasyukur kepada Allah. Juga bererti memohon pertolongan kepada Allah agar memberi kekuatan untuk melakasanakan perbuatan sesuai dengan ketentuan syari’at. Sebab, seluruh perbuatan yang tidak dimulai dengan menyebut nama Allah, berarti tidak diakui syari’at.
 Adalah isim ‘Alam, khusus ditujukan kepada yang wajib di sembah secara b enar. Nama ini tidak boleh digunakan untuk selain Allah.

Pada masa Jahiliyyah, jika bangsa Arab ditanya mengenai siapakah yang menciptakan bumi dan langit, mereka memberikan jawaban “Allah”. Dan jika mereka ditanya apakah “tuhan” Lata dan ‘Uzza dapat menciptakan suatu seperti Allah, mereka akan menjawab, “tidak”.

Kata Ilah, adalah isim (nama) yang ditujukan setiap yang disembah haq maupun batil. Kemudian, kata ini banyak di gunakan untuk sesembahan yang haq.



Dua kata ini berasal dari kata Rahman: artinya suatu gejolak jiwa yang penuh dengan perasaan kasih sayang terhadap lainnya. Kemudian, kata ini dipakai untuk Allah. Berarti Allah bersifat Rahman dan Rahim.

Kata Rahman, pengertiannya menunjukkan kepada zat yang menunjukkan bukti-bukti Rahma­h-berupa kenikmatan-kenikmatan dan kebajikan-kebajikan. Sedang kata Rahim, menunjukkan sumber rahmah, dan Rahim menunjukkan sifat yang tetap ada pada Allah.

Apabila Allah disifati dengan sifat Rahman. Hal ini dipahamkan secara bahasa bahwa Allah itu adalah pemberi kenikmatan. Tetapi sifat Rahman ini tidak dipahamkan bagi Allah untuk selamanya. Tetapi jika setelah sifat Rahman itu Allah disifati dengan sifat Rahim, maka dapat diketahui bahwa Allah mempunyai sifat yang tetap dan selamanya, yakni Rahim. Sebagai bukti adalah kasih sayang yang berlakau selama-lamanya. Kedua sifat ini pun mempunyai pengertian lain dengan yang dinisbatkan kepada mahluk.

Dengan demikian, menuturkan kata Rahim setelah kata Rahman merupakan bukti bahwa Allah selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada seluruh hamba secara tetap. Sebab sifat-sifat tersebut selalu mengiringi Allah untuk selamanya. Hal ini pun dapat diketahui berdasarkan susunan bahasa yang menunjukkan dawam (tetap) dan Istimrar (terus-menerus).

Allah SWT. Memulai fiman di dalam Kitab-Nya dengan menyebut nama-Nya melalui kata-kata Bismillah yang memberikan petunjuk kepada hamba-hamba-Nya agar membuka seluruh pekerjaaan dengan membaca Bismillah.

Di dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa,
“Setiap pekerjaan baik yang tidak dimulai dengan menyebut nama Allah, maka perjaaan itu terptongon (tidak sempurna).”.

Jadi, makna Bismillah itu ialah, “Saya memulai pekerjaan dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (BismillahirRahmanirRahim). Saya mengerjakan pekerjaan ini karena perintah Allah dan untuk Allah bukan untuk diriku atau kepentingan nafsuku”.

Bisa juga diartikan bahwa kekuatan yang ada pada diriku untuk melakukan perbuatan itu adalah dari Allah. Jika tidak ada Allah, maka tak ada kekuatan pada diriku, bahkan sayapun takkan bisa berbuat apa pun. Saya tidak akan melakukan perbuatan di atas nama diriku. Tetapi saya akan memulainya dengan menyebut nama Allah. Sebab, saya senantiasa memohon kekuatan dan pertolongan hanya kepada Allah. Jika tidak ada pertolongan dan kekuatan Allah, maka mustahil aku bisa melakukan perbuatan ini. Dengan demikian, makna bacaan Basmalah yang ada pada awal Al-Qur’an, mencakup seluruh isi Al-Qur’an berupa hokum, syarat, akhlak, pendidikan dan nasihat, adalah demi Allah dan dari Allah, seta siapa pun tidak boleh ikut di dalamnya.

Jadi, seolah-olah Alla berfirman kepada Nabi Muhammad saq. “Hai Muhammad! Bacalah surat dengan menyebut Bismillaahir-Rahmaanir-Rahiim. Dengan kata lain, bacalah surat iini atas perintah Allah bukan kemauan sendiri. Sebab, Allah menurunkan Al-Qur’an kepadamu untuk member petunjuk kepada semua orang dengan Al-Qur’an yang di dalamnya mengandung kebaikan yang akan mengantarkan mereka kepada kebahagiaan di dunia dan akherat.

Demikian halnya Nabi saw. membaca Bismillah itu untuk member contoh kepada mereka bahwa bacaan tersebut adalah demi nama Allah, bukan nama dirinya. Atau, Al-Qur’an itu berasal dari Allah, bukan dari Muhammad. Tugas Muhammad tidak lain hanyalah menyampaikan Al-Qur’an yang dating dari Allah. Sebagaimana firman Allah:



“…dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. Dan supaya aku membacakan Al-Qur’an (Kepada manusia). Maka barang siapa yang menadapatkan petunjuk maka sesungguhnya ia hanyalah mendapt petunjuk untuk (kebaikan) dirinya, dan barang siapta yang sesat maka katakanlah, “Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan” (An-Naml, 27.91-92).

Sumber : “Terjemah TAFSIR AL-MARAGI”
Oleh : AHMAD MUSTAFA AL-MARAGI
Baca juga  Makna Hamdalah

2 comments:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Be a strong mukmin.