Al-Hamdu, secara bahasa berarti madah (pujian) atas perbuatan baik yang
keluar dari pelakunya tanpa paksaan. Sama halnya pujian tersebut disampaikan
kepada orang yang bersangkutan atau kepada orang lain.
Pengertian madah (pujian) ini pengertiannya luas. Karenanya
sering dikatakan pujian terhadap harta benda, pujian atas kecantikan, terhadap
prestasi olah raga dan lain sebagainya.
Kata Al-Sana,
menurut pengertian bahasa yang juga dipakai untuk memuji atau mencela.
Karenanya sering digunakan “Asnaa ‘alaihi
syarran” (Ia mencela perbuatan buruk yang dilakukan seseorang). Atau, “Asnaa’alaihi khairan” (ia memuji perbuatan
baik yang dilakukan seseorang).
Pengertian kata syukuur menurut bahasa ialah mengakui
kebaikan atas nikmat yang dilakukan oleh orang yang disyukuri. Ungkapan
tersebut bisa keluar dengan hati ataupun lisan, dengan tangan, atauu anggota
badan lainnya. Hal ini seperti ungkapan penyair:
“Nikmat yang kucurahkan
pada kalian ada tiga macam, yaitu lalui tanganku, lisanku dan (hati kecil) yang
tidak Nampak.”
Penyair bermaksud bahwa tanganku, lidahku dan hatiku adalah
untuk kalian. Yang ada dalam hatiku tidak lain rasa cinta dan selalu menasehati
kalian. Dan didalam lisanku tidak lain hanyalah ungkapan pujian dan rasa syukur
terhadap kalian. Tanganku dan anggota tubuhku yang lain juga selalu ingin
membalas budi kalian, di samping berkhidmat kehadapan kalian.
Di dalam sebuah hadis
disebutkan bahwa Al-Hamdu itu bererti
inti ungkapan rasa syukur. Seseorang hamba yang tidak bersyukur kepada Allah
bererti ia tidak pernah memuji-Nya. Dalam hadis tersebut dikatak bahwa Al-Hamdu itu merupakan inti dari pada
syukur karena mengungkapkan rasa nikmat dngan lisan terhadap orang yang
melakukannya. Hal ini bererti menyebut-nyebut pelaku kebajikan di antara orang
banyak, dan agar hal tersebut dapat dijadikan teladan bagi yang lainnya. Adapun
pengungkapan syukur dengan hati, tentunya tidak akan tampak, dan sangat sedikit
orang yang mengetauinya. Begitu juga pengungkapan rasa syukur yang dilakukan
denga anggot badan, tentunya tidak jelas di amta orang banyak.
Adalah zat yang disembah secara benar dan tidak bisa di gunakan oleh selain Allah
SWT.
Artinya Tuhan yang memilhara. Dalam arti kata mengatur yang
diatur dan mengatur kehidupan yang ada dalam kekuasaan-Nya.
Pemeliharaan Allah terhadap manusia ada dua macam:
- Pemeliharaan terhadap eksistensi manusia. Yakni dirtumbuhkan sejak kecil hingga dewasa, dan adanya peningkatan kekuatan jiwa seta akalnya.
- Pemeliharaan terhadap agama dan akhlaknya, yakni melalui wahyu yang diturunkan kepada salah seorang agar menyampaikan risalah yang akan menyempurnakan akar dan membersihkan jiwa mereka.
Dalam hal ini , selain Allah tidak dibolehkan sama sekali
melakukan pensyai’atan mengenai masalah ibadah bagi umat manusia dan tidak
boleh melakukan penghalalalan atau mengaramkan terhadap sesuatu kecuali dngan
izin Allah.
Kata Rabbun ini
juga dipakai untuk manusia. Karenanya dapat dikatakan Rabbud-Dar (pemelihara/pemilik rumah), atau Rabbul-An’am (pemilik ternak). Hal I ni seperti ungkapan Allah
ketika menceritakan perihal Yusuf a.s. terhadap tuannya, Aziz (penguasa Mesir).
Allah berfirman:
“…sungguh tuanku telah
memperlakukan aku dengan baik…” (Yusuf,12:23)
Abdul-Mutthalib berkata kepada raja Abraham, panglima tentar
kerajaan Najasyi ketika terjadi ‘Amul-Fil:
“Unta-unta itu saya-lah
pemiliknya (rabb-nya). Sedangkan Ka’bah mempunyai rabb (Pemilik) sendiri yang
akan menjaga dan memeliharanya”
Bentuk tunggalnya adalah ‘Alam,
dengan difathahkan huruf lam-nya. Artinya ialah segala yang ada di dalam Alam wujud ini. Menurut kebiasaan orang
arab, kata ‘Alam ini mereka tujukan
kepada pengertian suatu golongan yang terdiri dari individu-individu yang
mempunyai ciri khusus, mirip manusia yang berakal jika bukan sebagai manusia.
Karenanya dikatakan ‘Alamul-Insan
(dunia manusia), ‘Alamul-Hayawan (Alam hewan), atau Alamul-Nabat (dunia tumbuh-tumbuhan=flora). Jadi, tidak bisa
dikatak Alamul-Ahjar (dunia batuan),
atau Alamul-Ard (dunia bumi). Sebab,
semua ‘Alam yang dimaksud di sini
bisa menerima pengertian tarbiyah (pemeliharaan) jika dilihat dari segi lafax
Rabb yang mengawalinya. Hal tersebut tampak jelas eksistensi seluruh ‘Alam yang di kehendai tadi, yakni adanya
kehidupan, membutuhkan kalori dan berkembang biak.
Ringkasnya, setiap pujian yang baik itu hanyalah bagi Allah.
Sebab, Dia-lah sumber terciptanya semua makhluk, Dia-lah pengatur dan panata Alam semesta sejak pertama ada hingga
masa akhirnya. Dan Allah pula yang memberikan ilham kepada manusia mengenia
hal-hal yang beik dan maslahat untuk kepentingan. Karenanya, segala puji dan
syukur harus dipanjatkankepada Allah atas nikmat-nikmat yang telah Dia berikan.
Sumber : “Terjemah TAFSIR AL-MARAGI”
Oleh : AHMAD MUSTAFA AL-MARAGI
Baca juga Makna Basmalah
No comments:
Post a Comment
Be a strong mukmin.